
Berhubung di artikel
Makna gue tiba-tiba ngomongin Jepang, keknya asik kali, ya, dibikinin artikel versi panjangnya. Let's go!
Jepang aromanya memang candu, ya, selalu jadi magnet untuk banyak orang. Harum aja gitu brandingannya. Mau dari makanannya, teknologi, maupun dunia hiburannya seperti anime dan game, negeri ini seolah ngga pernah kehabisan daya tariknya. Coba liat aja di short-form video, setiap ada konten tentang Jepang, komentarnya, "Japan live in 2050", "Commenting so I can stay on Japantok", "My only dream is to live on Japan" dan komentar "all hail Japan" lainnya.
Alasanku Suka Cinta Dengan Jepang
Mungkin, kebanyakan orang ketika ditanya, "Kenapa Jepang?" jawabannya, karena suka dengan makanan, tempat wisata, anime, dunia hiburan, atau bahkan design dan budayanya. Tapi entah kenapa, yang menjadi daya tarik dan fokusku selalu kepada sumber daya manusianya a.k.a the people itself. Yap, manusianya, orang-orangnya. Ini yang membuat suka-ku berubah menjadi cinta.
Ketika diperhatikan lebih dekat lagi, Aku sungguh mengagumi bagaimana orang-orang Jepang selalu mempunyai makna yang dalam terhadap setiap kegiatan mereka. Menurutku inilah yang membuat negara mereka dikenang dan berkesan di setiap masakan, tempat wisata, dan aspek industri lainnya. Karena core-nya akan tetap pada orang-orangnya.
Orang Jepang ngga setengah-setengah dalam bekerja, mereka selalu melakukan yang terbaik. Filosofi "ikigai" (alasan hidup) dan "kaizen" (perbaikan berkelanjutan) mengalir dalam darah mereka. Ini keliatan banget dari pembawaan dan aura mereka.
Dan jangan lupakan tentang dedikasi penuh terhadap bidang yang mereka tekuni. Di restoran sushi, seorang itamae (koki) bisa ngabisin puluhan tahun hanya untuk menguasai teknik memotong ikan. Di pabrik Toyota, setiap karyawan diberi hak menghentikan produksi jika melihat cacat dalam produksi, ini adalah sebuah simbol kepercayaan terhadap kualitas. Ini bukan sekadar profesionalisme, tapi penghormatan terhadap proses.
Kebetulan, belakangan ini sedang mengikuti series YouTube-nya Ludwig. Kalo kalian mau tau orang Jepang aslinya seperti apa, coba deh kalian liat ketika Ludwig dan Michael Reeves travel across Japan, bener-bener dari ujung ke ujung, hanya menggunakan motor, tanpa smartphone, dan map. Kalian bisa lihat betapa murni interaksinya dengan orang-orang Jepang yang mereka temui. Orang-orangnya betul-betul super duper helpful, ramah, dan juga penuh semangat.
Kenapa Sumber Daya Manusia Jepang Istimewa?
Ingat ketika bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945? Jepang tidak membangun kembali gedung-gedungnya terlebih dahulu. Prioritas pertama mereka? Mengumpulkan guru-guru yang tersisa untuk segera memulihkan sistem pendidikannya. Mereka paham: regenerasi pengetahuan adalah kunci kebangkitan. Hasilnya? Dalam 20 tahun aja, Jepang menjelma menjadi raksasa ekonomi dengan inovasinya yang mengubah dunia, dari Sony hingga Shinkansen (kereta peluru).
Dalam dua dekade itu, Jepang berhasil bangkit dari kehancuran menjadi negara industri modern, membuka jalan bagi keajaiban ekonominya di tahun 1970-an dan 1980-an.
Jadi, ini bukan sekadar estetika atau kemajuan, Jepang mengajarkan bahwa keberhasilan sebuah peradaban bermula dari cara berpikir manusianya.
Jepang dan Maknanya
Kalian sadar ngga? Arti makna di sana tuh it's on another level. Mereka mengaplikasikannya dengan baik ke seluruh aspek kehidupan mereka. Sadar ngga? Yang betulan to the core. Coba, deh, perhatikan:
- Makanannya? Ngga cuma sehat, tapi juga enak! Makanan mereka juga kebanyakan mentah, kan., yang mana itu baik untuk mempertahankan nilai gizi aslinya. Inilah kenapa orang-orang di sana berumur panjang. Bahkan harapan hidup mereka ada di umur 85 tahun!
- Tempat-tempatnya? Selain aman, juga nyaman.
- Ke mana-mananya? Transportasi ffektif dan tepat waktu.
- Film-filmnya? Deep parah! Liat karya-karyanya Hirokazu Koreeda, Hayao Miyazaki di dunia animasi, Akira Kurosawa, dan masih banyak lainnya.
- Bahkan di game, ada juga Hidetaka Miyazaki dengan Soul-game-nya, yang mana kalian harus mengalahkan bos sampai mati beribu kali baru bisa melewatinya. Dikarenakan tingkat kesusahannya yang gila. Mereka ga mau memanjakan player-nya, dengan perjuanganlah, achievement itu baru bisa dirasakan, bahkan sampai ke ulu hati.
- Design produk makanannya? Apalagi. Sangat dimudahkan ketika mencoba membuka kemasannya atau ketika digunakan. Coba aja liat betapa asyik detail dari design produk makanannya, semuanya ada purpose. Bahkan display makanannya aja haruslah sama persis dengan yang dijual. Jadi bakal tau, tuh, besar/kecil snack-nya, tanpa membuka, cukup liat display-nya.
- Teknologi? Coba liat aja berapa banyak tombol yang ada pada sebuah toilet.
Literally, makna to the core, inilah kenapa segala aspek kehidupan mereka menjadi yang terbaik. Karena diisi oleh orang-orang yang memegang makna seperti ini!
Makna Terdalam
Kalian pernah dengar yang namanya Harakiri? Di tradisi Jepang ada yang namanya Seppuku, biasanya di luar Jepang dikenal dengan sebutan Harakiri.
Seppuku: Harga Diri di Atas Nyawa
Ritual bunuh diri seppuku (harakiri) oleh samurai mungkin terbilang kejam, tapi ini mencerminkan konsep "meiyo" (kehormatan) yang lebih berharga daripada hidup itu sendiri.
Ritual ini dilakukan oleh samurai sebagai bentuk pemulihan kehormatan setelah kegagalannya menjalankan tugas, melakukan kesalahan fatal, kesalahan untuk kepentingan rakyat atau melanggar kode bushido (jalan kesatria). Dengan merobek perut dan mengeluarkan usus, mereka "membuktikan" kesungguhan permintaan maaf dan kesetiaan mereka pada klan atau negara.
Mengapa Perut?
Dalam budaya Jepang, perut (hara) dianggap sebagai pusat jiwa, emosi, dan integritas.
Tindakan menyakiti area ini diyakini menunjukkan kejujuran absolut. Bahwa niat mereka murni, bukan sekedar pencitraan.
Konteks sosial, ini bukan hanya untuk diri sendiri, tindakan ini tidak sekadar "bunuh diri", tapi pertanggungjawaban publik. Dengan mati secara terhormat, samurai melindungi nama keluarga, klan, atau atasan dari aib.
Coba deh nonton Shogun (2024) dan Harakiri (1962), rasanya seperti ditusuk jarum kecil sebanyak-banyaknya. Kedua film ini menyampaikan budaya Jepang sampai ke ulu hati. Definisi memahami budaya Jepang di level terdalam.
Makna di Setiap Detail
Kadang tuh gua diem-diem terus memikirkan dan bertanya-tanya hal-hal kecil, kenapa, ya? Jepang gini dan blablabla...
Contohnya, nih ya..
Kenapa ada ikan koi di selokan Jepang? "Oh, supaya orang-orangnya jadi punya strong reason kenapa jangan buang sampah ke sana."
Kenapa ngga ada tempat sampah di Jepang? "Bener juga, ya, selain ngga ada polusi dan bau yang tidak sedap, orang-orang jadi punya rasa tanggung jawab terhadap sampah yang dibawanya."
Bahkan cara mereka berbicara pun dirancang untuk tidak bisa diinterupsi karena struktur bahasanya (Subjek-Objek-Verb) yang mengharuskan pendengar menunggu sampai akhir kalimat untuk memahami maksudnya. Karena bagian pentingnya ada di bagian belakang kalimat. Gila ngga?! Bahkan struktur bahasanya "di-design" supaya tidak bisa memotong pembicaraan.

Kenapa makanannya kebanyakan mentah? Karena untuk mempertahankan nilai gizi dari makanan itu sendiri. Karena kan semakin minim makanan melalui proses olahan atau diolah, maka nilai gizinya akan tetap terjaga dan asli. Hasilnya, umur mereka panjang-panjang!
Kenapa banyak orang yang sudah tua tapi masih bekerja? Ya, karena itu satu-satunya makna dan tujuan dalam hidupnya. Justru ini yang membuat mereka hidup, "bensin" hidup mereka.
Mereka (orang Jepang) yang memilih untuk .... (tau lah ya), itu juga karena mereka ngga punya tujuan dan makna hidup.
Random Talk About Japan
Tapi, kadang gue kalo ngeliatin foto-foto Jepang tuh, ya, rasanya kayak mereka punya preset colour mereka sendiri. Ada ciri khas vibes, mood tone tertentu di langit serta udaranya. Jadi bisa tau aja gitu walaupun foto random place bisa ketebak, "Oh, ini Jepang!". Seakan mereka punya default preset Lightroom. Mahal memang.
Kadang, tuh, gue mikir bahwasannya Jepang ini adalah pulau legenda yang akan punah. Udahlah wilayahnya masuk Cincin Api Pasifik, jadinya dikelilingi dengan gunung berapi aktif. Ditambah birth rate yang semakin menurun per tahunnya. Aih, beneran punah, nih?
Tapi, kuakuin budaya Jepang itu terlalu Aesthethic. Cantik dan kental banget. Kadang aku berandai-andai, gimana, ya, kalo Jepang mayoritasnya beragama Islam? Birth rate udah bukan lagi problem, tuh. Ke mana-mananya pasti rame dah tuh hahaha. Kasian banget yang di desa-desa sampe pada pindah ke Kota. Sementara di kota besar seperti Tokyo tau sendiri biaya hidup mahal, ya, gimana mau punya anak, tjuy. Hadeh..
Sampai sejauh ini bisa, ya, mengerti kenapa aku cinta dengan Jepang? Karena ia bukan hanya destinasi, tapi juga pelajaran hidup. Bagaimana dedikasi, makna, dan kehormatan bisa membentuk peradaban yang menginspirasi dunia. Siapkah kita menyerap filosofinya? Filosofi hidup yang terwujud dalam setiap detail. Jepang mengajarkan kita bahwa kemajuan sejati bermula dari pola pikir dan integritas manusianya.