Bagaimana Cara Film Mengubah Hidupku

Cara Film Merubah Hidup

Apa artinya ketika hidup dihadapkan dengan rutinitas yang sama, terus-menerus, berturut-turut seperti itu. Lalu, apa yang mewarnai harimu sehingga ada ruang untuk jiwa terus bertumbuh? Seni adalah jawabannya, karena ia adalah luapan ekspresi seseorang, salah satu bentuk medianya adalah film (movie). 

Jika foto adalah 1 frame per second, rata-rata frame pada sebuah film ada 24 frame per second, ini yang membuatnya disebut "gambar bergerak". Masih ingat bagaimana film-film sederhana seperti Home Alone mewarnai masa kecilmu? Betapa hangatnya momen itu sehingga masih bisa dirasakan hingga sekarang, membekas di hati dan akan terus teringat.

Bagaimana Film Mengubah Hidupku

Cerita bagaimana film mengubah hidupku dimulai ketika dosen favoritku bertanya, "Siapa di sini yang suka nonton film?". Pada saat itu, entah kenapa di pikiranku, orang yang menonton film cuma orang yang buang-buang waktunya aja. Jadi, gue pura-pura aja, tuh, ngga mengiyakan pertanyaan itu dan cuma diem aja (padahal nonton film). Sampai akhirnya beliau menjelaskan bahwa menonton film itu intinya positif dan menyuruh kita semua untuk lebih sering menontonnya. Ngga lama setelahnya, kita ditugaskan untuk remake poster dari sebuah film yang disukai. Iya, jurusan kuliahku adalah DKV. 

Kenapa pak Riqqoh bisa jadi dosen favoritku? There's just something different about him. Tipikal orang yang ngga cuma talk, tapi juga walk the talk. Selain dia juga suka dengan film, ketika mengajar, dia selalu memenuhi jam mengajarnya bagaimanapun caranya. Beda dengan dosen yang lain, yang ngga konsisten dengan jam mengajar mereka, let alone cara mereka mengajar yang membosankan. 

Jadi, sama sekali ngga pernah ada yang namanya jam kosong, tuh, ketika pak Riqqoh ngajar. Disela-sela mengajarnya, beliau juga selalu membagikan pelajaran hidup dari pengalaman hidupnya, contohnya ketika dia sedang solo traveling ke Bali. Beliau juga menerapkan ilmu mengajarnya ke pekerjaannya. Menurutku ini adalah guru yang sebenarnya. Bukan hanya ngobrol tentang Design Logo, tapi beliau juga memang bekerja sebagai Logo Designer di tengah kesibukannya mengajar. 

Momen ini selalu nyantol di kepalaku, "Apakah ini efek dari menonton sebuah film?", Ini adalah contoh orang-orang yang ingin gue ikuti. Cinephile. Entah kenapa aku terlalu sering melihat pola di mana anak-anak film itu juga suka travel, dan asik aja gitu orangnya. Terasa punya banyak sudut pandang (perspektif) dalam melihat suatu hal.

Efek dari Menonton Film

Setelah momen di atas, gue jadi cukup sering untuk menonton film, perlahan melebarkan referensi dan menemukan banyaknya cerita menakjubkan, serta sutradara dan aktor/aktris yang kusukai, dan mengambil referensi dari mereka. 

Orang-orang ngga sadar, seberapa besar influence dari menonton sebuah film. Gue ngga tau ya apakah hal ini juga terjadi ke kalian. Tapi efek dari menonton film tuh segede itu influence-nya. Gua jadi suka mobil gara-gara abis nontonin Kind of Kindness, padahal ceritanya is not about car, dan juga gua ngikutin olahraga tennis gara-gara abis nontonin Challengers. Film tuh sengaruh itu untuk influence kita. Kayak menyalakan api referensi dalam diri gitu, loh. Jadi penasaran akan sesuatu dan membuka dunia baru. Referensi baru. 

Alasan Kenapa Kamu Harus Mulai Nonton Film

Keistimewaan film itu terletak pada kemampuannya merangkum sebuah cerita, dimulai dan diakhiri pada saat itu juga dalam durasi 1-3 jam. Dari opening scene sampai credit roll, dirancang untuk menyampaikan journey yang padat: konflik, resolusi, dan pelajaran hidup bisa didapat hanya dalam satu putaran. 

Karena singkatnya, film memaksa kita untuk fokus pada esensi: setiap adegan, dialog, dan karakternya punya tujuan yang jelas untuk membangun pesan akhir. Di sinilah letak "edukasi"-nya. Bukan hanya sekedar tontonan, tapi juga refleksi tentang manusia, nilai, atau bahkan paradoks kehidupan yang bisa kita petik yang bisa selesai hanya dalam sekali duduk dan meninggalkan ruang untuk ditafsir ulang. 

Dari sini bisa bayangkan akan "sekaya" apa diri ini? Ini adalah alasan kenapa kamu harus mulai nonton film:

Sudut Pandang

Ketika menonton film, kita menyelami sudut pandang dari berbagai karakter dengan kompleksitas masalahnya. Seperti mencoba memakai kacamata orang lain: kita merasakan dilema, ketakutan, atau ambisi yang mungkin asing bagi kita. Semakin sering menonton film beragam genre, cakupan perspektif kita melebar. Ibarat mendaki menara observasi: setiap film yang ditonton adalah anak tangga yang membawa kita lebih tinggi, melihat dunia dari sudut yang lebih luas. Bukan hanya hitam-putih, tapi juga nuansa abu-abu di antaranya. 

Problem Solving

Karena sebuah film dibuat atas keresahan sutradara atau penulisnya yang mencoba memberitau penyelesaian masalah lewat film. Jadi film ini secara ngga langsung bikin kita terpapar dengan banyaknya masalah yang dialami oleh karakter utama, karena setiap konflik yang dihadapi karakter adalah latihan problem solving bagi penonton. Kita diajak menganalisis, memprediksi, dan "merasakan" solusi melalui sudut pandang cerita. Keresahan sutradara/penulis sering kali dijawab melalui alur cerita. Ending film bukan sekadar penutup, tapi blueprint cara mereka memecahkan masalah dan kita menyerap pola ini secara tak langsung.

Semakin sering menonton, semakin banyak case study mental yang terkumpul. Kita ngga sadar telah belajar dari kegagalan karakter, mengadopsi logika sutradara, dan mengumpulkan "toolkit" solusi yang siap dipakai saat menghadapi masalah riil. Otak belajar merumuskan solusi dari beragam skenario, lalu mengaplikasikannya ke masalah sehari-hari, lama-kelamaan jago untuk mecahin masalah. 

Pola Pikir

Karena sudut pandang dan problem solving-nya makin jago, maka hal ini jelas mengasah pola pikir. Film mempengaruhi pola pikir dengan menggabungkan elemen visual, audio, dan narasi yang langsung berbicara ke emosi dan logika kita. Pola pikir ini ibarat pondasi terhadap bagaimana cara kita mereaksi terhadap hal-hal tertentu. Karena pola pikir adalah kumpulan keyakinan, nilai, dan sikap yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku. Pola pikir menggerakkan cara kita memandang dunia, mengambil keputusan, dan bagaimana kita merespon sebuah masalah.

Film, sebagai medium yang padat konflik dan perspektif, bertindak seperti gym untuk melatih mental dan mengubah pola pikir dari yang tadinya sekedar reaksi insting sesaat menjadi respon yang terasah. 

Akumulasi dari reaksi kita sehari-hari terhadap sesuatu, ya, dari sini asalnya.
"Life is 10% what happens to you and 90% how you react to it" -Charles R. Swindoll

Kreativitas

Cerita fiksi atau visual yang kuat, seperti di film fantasi atau sci-fi, bisa memperluas cara kita berpikir tentang kemungkinan. Ini mendorong otak untuk berpikir di luar kotak dan membayangkan solusi atau dunia baru. Maka, hal ini akan merangsang imajinasi dan kreativitas.

Kreativitasmu akan jauh lebih baik, karena terbiasa melihat shot-shot cantik. "Taste" ini tidak instan, tapi terbangun lewat paparan terus-menerus, seperti musisi yang terlatih mendengar nada sumbang. Nanti mata akan terbiasa dengan "rule of third", salah satu komposisi dalam fotografi yang membuat scene begitu menarik. Minim ngambil gambar jadi ngga asal-asalan, deh. 

Kreativitas ini aplikasinya nanti juga akan ke rasa, taste, ini ngga bisa secara langsung didapatkan, butuh terpapar terus menerus nanti taste akan terbuild secara perlahan. Atau bahkan karena banyak menganalisa sebuah cerita, ini juga bisa diaplikasikan ke kreativitas dalam menyelesaikan sebuah masalah. Misalnya, penyelesaian pada sebuah masalah ngga hanya dengan 1 cara, tapi banyak cara. Memang hasil dari 3 ditambah 3 adalah 6, tapi juga bisa 5 ditambah 1, atau 2 ditambah 4.

Empati

Film sering nempatin kita di posisi karakter yang jauh berbeda dari kita, entah dari latar belakang, budaya, atau pengalaman hidup. Misalnya, nontonin film tentang perjuangan bisa membuat kita lebih peka terhadap isu sosial atau memahami sudut pandang yang sebelumnya asing.

Atau kadang, ketika ada karakter yang kita sukai dalam sebuah film, lalu kita mencoba untuk menempatkan diri sebagai karakternya. Dari sini merasakan diri terhanyut karena keadaan dan pikiran ada di posisi yang sama dan akhirnya mempunyai rasa yang sama. Relevansi dan proyeksi diri. 

Empati itu rasa dan daya untuk memahami dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain, tapi dari sudut pandang kita. Bayangin gue yang bahkan jarang nangis walaupun di film-film sedih sekalipun karena tau pattern-nya malah ketika nonton Ford vs Ferrari nangis. Mana film otomotif lagi. Film balap tapi bikin nangis coba, siapa sangka?

Semakin sering menonton, semakin banyak studi kasus mental yang terkumpul. Karena dari berbagai banyaknya manusia di bumi, mana yang paling merasa tersakiti? 

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (EQ) adalah bagian penting dari pengembangan karakter seseorang. Karena EQ berkaitan dengan perasaan, ia menentukan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Dalam kehidupan nyata, pengaplikasian EQ bisa dibilang lebih dominan dibandingkan IQ.

Empati, sebenarnya, adalah salah satu komponen dari EQ. Empati adalah kemampuan untuk "merasakan" apa yang dialami orang lain atau karakter. Seseorang dengan EQ tinggi mampu memahami emosi karakter tanpa harus mengalami situasi yang sama persis. Dalam dunia nyata, orang dengan EQ tinggi cenderung tidak reaktif setelah menyaksikan adegan emosional, melainkan reflektif—mereka akan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang saya rasakan? Mengapa? Bagaimana ini terkait dengan hidup saya?"

Film berperan sebagai "simulator" untuk melatih respons emosional sebelum kita menghadapi situasi serupa di kehidupan nyata. Respons kita terhadap film selalu subjektif. Ada yang menangis, marah, atau acuh, sementara yang lain merasa kisahnya "nyambung" dengan pengalaman hidup mereka. Ini terjadi karena pengalaman hidup kita melebur dengan cerita di layar. Setiap adegan diproses melalui "filter" emosi, memori, dan nilai yang telah terbentuk sepanjang hidup. Misalnya, adegan kehilangan akan terasa jauh lebih menyayat bagi seseorang yang pernah mengalami duka serupa. Di sini, film bukan sekadar tontonan, melainkan cermin untuk refleksi diri.

Attention Span

Di samping itu, rentang perhatian (attention span) manusia semakin menipis akibat pengaruh video berdurasi pendek (short-form video). Ketidakmampuan untuk tetap fokus dan kesulitan berkonsentrasi menjadi efek yang muncul. Menonton film dapat menjadi latihan untuk meningkatkan kemampuan fokus dalam jangka waktu tertentu, mengingat durasi rata-rata film berkisar antara 1 hingga 3 jam. Selain sebagai sarana untuk memperdalam rasa, ini juga berfungsi sebagai latihan untuk mempertahankan perhatian pada satu hal.


Referensi Adalah Kunci

Ingat, ini bukan masalah seberapa banyak film yang ditonton, tapi bagaimana kita memilih film untuk memahami sebuah masalah. Film-film berkualitas menjadi referensi perspektif yang akan memperkaya cara berpikir dan faktor-faktor di atas. Misalnya, film tentang ketidakadilan sosial mengajarkan empati, sementara kisah survival mengasah keteguhan. Tantangannya adalah: curate what you consume. Pilih film yang menantang bias, membuka wawasan, atau mengajak kita melihat dari kaca mata yang nggak biasa. Contohnya: 12 Angry Men

Pengaruh bagaimana menonton film bisa mengubah hidp juga tergantung pada individu. Kalau kita cuma menonton untuk hiburan tanpa memikirkan lebih jauh, efeknya mungkin minim. Tapi kalau kita reflektif—misalnya, membahas film itu dengan temen atau merenung sendiri—dampaknya bisa jauh lebih besar. Pernah nggak sih kamu merasa cara berpikirmu berubah setelah nonton film tertentu?

Saranku buat akun Letterboxd, dan jelajahi Top 250 Narrative Feature Films. You are in the right path. 

Setelahnya, belajar analisa film-nya, yang kecil-kecil aja dulu, dimulai dari siapa aktor utamanya? Tujuannya apa? Masalahnya apa? Bagaimana cara dari menyelesaikan masalahnya? Core message dari sutradaranya apa?

Pesanku

Ngga hanya 7 faktor di atas, selain itu menonton film juga memperkaya rasa, memperluas referensi, meningkatkan kesadaran diri (awareness), memberikan inspirasi, dan juga pengembangan diri (self-improvement) otomatis juga akan meningkat. Jadi manfaat dari menonton film bener-bener ngga bisa diremehkan. Ini sangat krusial dalam perkembangan karakter seseorang, sehingga kamu bisa mengenal diri jauh lebih dalam lagi. 

Bayangkan,  di luar sana, ada cerita atau perspektif  yang unik dari berbagai planet yang luar biasa indah, menunggu untuk dikunjungi. Ayo, ubah hidupmu dengan menonton film! Untuk memulai perjalanan ini, langsung buat akun Letterboxd, anggap aja seperti buku harian pribadi.

Sampai sekarang di setiap ulang tahunku, aku selalu menyempatkan diri untuk menonton film di bioskop. Ini semacam ritual kecilku untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri di tahun itu. Sederhana, namun bermakna. Contohnya kemarin di 2024, ada 1 keluarga duduk di belakangku, ada 2 anak kecil tertawa lepas sampai mereka menendang kursiku. Tapi entah kenapa, aku malah seneng, bisa ada di momen itu, rasanya seperti bagian dari keluarga itu dan merasakan betapa hangatnya keluarga ini.

Inilah cerita bagaimana film bisa merubah hidupku. Rasanya beruntung banget karena masa kecilku juga diwarnai dengan film-film yang tayang di TV. Seperti Kung Fu Hustle, Karate Kid, Home Alone dan masih banyak film heart-warming yang menginspirasi pola pikirku sekarang dan masih membekas di ingatan dan hati. Gue bahkan bikin list film-film masa kecilku dan semuanya ku-recall dengan mudah! Film-film bagus ngga akan ada habisnya. Ngga sabar banget untuk menghabiskan semuanya!!!