Demo di Grahadi Surabaya kemarin, tanggal 24 Maret 2025, gue tiba-tiba mendadak jadi fotografer jurnalistik tanpa persiapan apa-apa. Melihat apa-apa saja yang terjadi di lapangan, pengalaman ini menginspirasiku untuk berbagi tips memotret demo buat temen-temen pemula dalam dunia fotografi dan jurnalistik yang ingin menyuarakan perlawanan lewat fotografi. Let's go simak tips-tips ini agar kalian bisa mengabadikan momen penting demo dengan baik dan aman.
Tips Memotret Demo untuk Fotografi Jurnalistik Pemula
1. Pahami Konteks Demo: Fondasi Fotografi Jurnalistik
Sebelum memotret, hal pertama yang wajib kamu lakukan adalah memahami konteks demo. Apa yang sedang diperjuangkan? Dan siapa saja yang terlibat? Misalnya, demo buruh, cari tau tuntutan mereka seperti upah layak, hak cuti, atau lainnya. Kalau demo mahasiswa, misalnya tentang pendidikan atau kebijakan pemerintah. Sebagai fotografer jurnalistik, kita bukan massa bayaran yang cuma ikut-ikutan. Karena dengan memahami konteks, fotomu akan punya cerita yang lebih kuat dan bermakna, bukan sekedar jepretan acak tanpa ekspresi. Caranya? Baca berita saat ini, terutama cek postingan di X.
2. Riset Lokasi dan Rute: Persiapan Matang Sebelum Berangkat
Selain konteks, riset tempat juga krusial. Demo biasanya punya rute-rute tertentu, misalnya kemarin demo di Surabaya dari Gedung Negara Grahadi Surabaya sampai Taman Air Mancur, bahkan sampai Plaza Surabaya. Cari tahu titik kumpul massa di mana, jalur yang akan dilewati, dan potensi titik bentrokan berdasarkan aksi-aksi sebelumnya biasanya ada di bagian mana. Google Maps adalah teman hidupmu di sini. Selain itu, coba siapkan escape plan. Kalau situasi eskalasi meningkat, misalnya aparat mulai pakai gas air mata atau massa ricuh, kalian harus tahu ke mana kalian harus lari. Catat juga lokasi gang kecil, kafe terdekat, halte atau masjid yang bisa jadi tempat untuk berteduh sementara.
3. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD): Safety First!
Demo di Indonesia, terutama di 2025 ini, sering berpotensi represif. Coba liat aja aksi-aksi sebelumnya: water cannon, gas air mata, bahkan lemparan batu dari oknum dan massa bukan hal langka. Makanya, APD adalah wajib hukumnya. Minimal pakai helm konstruksi, masker anti-polusi (bukan masker kain biasa), dan kacamata pelindung kalau punya. Payung juga berguna, bukan cuma buat hujan, tapi buat melindungi kamera dari semprotan air atau benda jatuh. Oh, iya, jangan lupa bawa botol air dan handuk kecil, selain untuk minum, juga untuk bilas mata kalau kena water cannon atau gas air mata. Pengalaman kemarin mengajarkan, persiapan ini bisa selamatin nyawa dan gear!
4. Prioritaskan Keamanan Diri: Jangan Jadi Target
Keamanan diri nggak cuma soal APD, tapi juga penampilan. Pakai baju yang netral, cari tau dresscode warna dari demo tersebut, kaos polos hitam atau abu-abu, celana jeans, sepatu lari. Intinya hindari warna mencolok atau atribut yang bisa dikira provokator. Pastikan kamera selalu dipegang erat dan pakai strap lelet yang nggak gampang copot. Simpan dompet dan HP di saku dalem, bukan tas punggung yang rawan untuk dirampas.
5. Pilih Gear yang Tepat: Simpel Tapi Efektif
Soal peralatan, jangan bawa terlalu banyak. Yang simpel aja, demo bukan studio foto. Mobilitas adalah kunci. Bawa kamera mirrorless kalau ada, karena ringkas dan kecil bentuknya. Pastikan baterai penuh dan bawa juga memory card cadangan. Strap kamera yang kuat juga wajib biar nggak jatuh pas lari. Oh iya, tas waterproof kecil bisa jadi penutup darurat kalau hujan atau kena water cannon.
Bayangkan betapa gilanya karena gue pakai lensa fix kemarin. Tapi lagi-lagi ini tergantung style-mu sebagai seorang fotografer. Jungler, Marksman, atau Fighter. Rekomendasiku:
Lensa 24-70mm bisa jadi pertimbangan karena serba guna: bisa potret close-up wajah demonstran atau wide shot kerumunan.
Lensa tele (100-400mm): Cocok kalau kamu tipe pengamat yang memotret dari jauh layaknya sniper, misalnya dari balkon atau pinggir jalan.
Lensa wide (16-35mm): Pas buat ambil gambar dramatis dari tengah massa.
6. Jaga Privasi dan Etika: Hormati Peserta Demo
Demo adalah situasi sensitif. Peserta bisa jadi target aparat atau pihak tertentu kalau identitasnya ketahuan. Makanya, kalau ada wajah jelas di fotomu, lebih baik disensor. Caranya gampang: di Lightroom, pake radial gradient di wajah subjek, lalu turunin exposure sampe gelap total atau turunkan sharpness/clarity-nya. Atau, kalau buru-buru, crop aja bagian kepalanya.
Etika lain: jangan provokasi massa demi dapat foto bagus. Misalnya, minta mereka teriak lebih kenceng atau bikin pose. Ini bukan jurnalistik, tapi manipulasi.
7. Cari Angle dan Perspektif Unik: Bikin Foto Beda
Fotografi jurnalistik bukan cuma dokumentasi, tapi juga seni dalam bercerita. Bagaimana cara kalian menyampaikan cerita dalam visual. Karena visual yang keren aja ngga cukup untuk memberikan impact. Perlu ada makna yang lebih dalam. Jadi, coba variasikan angle:
Low angle: Ambil foto dengan jongkok atau tiarap biar massa terlihat gagah dan powerful.
High angle: Naik ke tempat tinggi (tangga, mobil, balkon) buat nunjukin skala besar demo.
Detail shot: Zoom ke tangan yang genggam poster, sepatu berlumur, atau coretan di tembok.
Kepekaan terhadap diri dan sekitar menjadi kunci di sini. Sabar dan terus awasi sekitar menunggu momen dengan menggunakan mode burst shot yang bisa 5-15 frame per second akan sangat membantu. Posisikan sudut pandang menjadi demonstran supaya ekspresi emosi dalam penangkapan gambar tersampaikan.
8. Hindari Malam: Pulang Sebelum Situasi Terlalu Memburuk
Waspada di waktu senja apalagi setelah jam 6 sore, memang motret di waktu malam bikin foto keliatan lebih cinematic dengan cahaya lampu jalan dengan kontras gelap-terangnya. Tapi, jam 6 sore ke atas adalah waktu yang rawan karena aparat biasanya mulai tegas untuk membubarkan kerumunan, massa bisa jadi panik, dan visibilitas kalian turun. Pengalaman kemarin, di jam 5.30 sudah mulai ada penangkapan massa. Kalau dirasa cukup, pulang, jangan memaksakan diri.
9. Berdua Lebih Aman: Hindari Aksi Solo
Terlebih untuk pemula yang ngga ada pengalaman, sendirian di demo itu resikonya tinggi banget, karena situasi bisa berubah drastis kapan aja. Di tengah kerumunan demonstrasi bukan cuma resiko fisik aja, tapi juga bisa ganggu fokus waktu mengabadikan momen-momen yang krusial. Coba minimal ajak satu temen, apalagi kalo temennya berpengalaman, dia bisa ngawasin situasi dan juga nolongin kamu kalau kena apa-apa. Jangan lupa untuk saling berkabar ketika terpisah, apalagi sinyal internet yang sering jelek di lokasi demo.
Siap Jadi Fotografer Jurnalistik?
Dari pemahaman konteks untuk memperdalam emosi, sampai persiapan gear dan etika, semuanya penting buat bikin karya yang bermakna sekaligus jaga diri. Fotografi jurnalistik itu nggak cuma soal skill, tapi juga butuh keberanian yang besar dan tanggung jawab. Itu dia panduan lengkap tips memotret demo untuk fotografer jurnalistik pemula versi 2025 berdasarkan pengalamanku. Stay safe semua!